Sunday, 30 June 2013

OMBAK HATI.......


Mataku terpaku; nun jauh ke kaki langit,
Lautan luas terbentang di depanku,
Silir-semilir anginnya; menyapa lembut pipiku,
Sepoi tiupannya; membangkitkan nosiseptor terma ku,
Hipotalamus lantas bekerja; mendinginkan sekujur tubuhku,
Dinginnya terasa sedingin hatiku.

Mataku terpaku lagi,
Melihat gulungan lidah ombak di depanku,
Alun memanjang tanpa memecah,
Tergontai-gontai menuju pantai,
Menghempas lembut pepasir yang memutih,
Betapa indah aturan alam Sang Pencipta.

Ku mendongak merenung kejauhan,
Mataku terpaku di tengah lautan,
Airnya membiru bersinar-sinar,
Tenang tanpa badai dan ombak,
Nun di sudut hati, ku mengharap,
Hatiku bisa setenang lautan.

Akalku membidik hati nan gusar,
Membujuk agar mengecap ketenangan,
Biar badai hatiku memuncak,
Biar ombaknya melambung tinggi,
Akalku tidak pernah jemu menongkah arus,
Menenagkan sekeping hati nan lara.

Sabarlah wahai hati,
Demi sebuah cita yang menggunung,
Kentalkan diri umpama besi nan waja,
Bertahanlah untuk secebis waktu yang tersisa,
Jadilah seperti lautan membiru,
Biar badai menerpa; biar sesekali dilambung ombak,
Namun di akhirnya kembali tenang dan tenteram.


Madah buat adinda


Dengarlah adinda madah kekanda,
Tanda ingatan kasih nan tulus;
Madah bersemi mengundang cinta,
Mengisi hati yang suci dan mulus.

Ini bukan suatu pesanan,
Bukan juga suatu peringatan;
Ini tak lebih dari pengalaman,
Untuk dikongsi bersama kalian.

Madah bukan untuk memarahi,
Bukan jua mencipta jarak;
Andai badai melanda hati,
Segeralah bangkit menongkah ombak.

Lumrah manusia ingin disayangi,
Menyulam kasih menganyam cinta;
Cinta adalah anugerah Ilahi,
Tanda kasih pada hambaNya.

Cinta itu mulus dan suci,
Jangan dicemar setitik noda;
Carilah cinta kasih sejati,
Agar hidup dilimpahi redha.

Muslimah sejati tidak tergugat,
Hanya kerana godaan si Adam;
Godaan itu sekadar menggugat,
Membuat hati menjadi kelam.

Si Adam pintar menyusun kata,
Membuat si Hawa terpaut padanya;
Si Hawa harus cerdas bijaksana,
Pintar menilai benar dan dusta.

Andai merasa dirimu sendiri,
Bukan si Adam yang harus dicari;
Sebaliknya kembali pada Ilahi,
Hanya Dia tempat kembali.

Basahkan lidah memuji Ilahi,
Setiap detik setiap ketika;
Cinta sejati pasti bersemi,
Berputik mekar sampai ke syurga.

Andai mengharap cinta nan indah,
Tahajud dan doa harus dilaksana;
Usah gusar usahlah gundah,
Jodohmu sudah tersurat di sana.

Gurindam dikarang bersulam cinta,
Tanda kasih ikhlas dan suci;
Sampai di sini madah kekanda,
Semoga tersemat di sanubari.